Muhammad Iqbal - detikNews Rabu, 16/05/2012 21:32 WIB
Jakarta
Kapolri Jenderal Pol Timur Pradopo memastikan konser
Lady Gaga masih dievaluasi. Polri masih mengkaji untuk melakukan
keputusan yang terbaik.
"Semua sekarang sedang dilakukan
evaluasi. Intinya tidak bicara pihak mana-pihak mana tapi intinya
bagamana yang terbaik untuk bangsa ini," kata Timur Kantor PTIK, Jalan
Tirtayasa, Jakarta, Rabu (16/5/2012).
Timur menyampaikan, kepolisian ingin agar semua pihak bisa menerima keputusan dengan lapang. Tidak ada warga yang dirugikan.
"Sehingga masyarakat tidak dirugikan. Sekali lagi masih dalam proses evaluasi," tuturnya.
Rencananya,
Lady Gaga akan menggelar konser pada 3 Juni mendatang di Gelora Bung
Karno (GBK) Senayan. Pihak Polda Metro Jaya tidak memberikan rekomendasi
atas konser tersebut setelah ada masukan dari sejumlah pihak.
Dita Mutia
Rabu, 16 Mei 2012
Mocca - I Remember
I remember...The way you glanced at me, yes I remember
I remember...When we caught a shooting star, yes I remember
I remember.. All the things that we shared, and the promise we made, just you and I
I remember.. All the laughter we shared, all the wishes we made, upon the roof at dawn
Do you remember..?
When we were dancing in the rain in that december
And I remember..When my father thought you were a burglar
I remember.. All the things that we shared, and the promise we made, just you and I
I remember.. All the laughter we shared, all the wishes we made, upon the roof at dawn
I remember.. The way you read your books,
yes I remember
The way you tied your shoes,
yes I remember
The cake you loved the most,
yes I remember
The way you drank you coffee,
I remember
The way you glanced at me, yes I remember
When we caught a shooting star,
yes I remember
When we were dancing in the rain in that december
And the way you smile at me,
yes I remember
Ten2Five - You
You did it again
You did hurt my heart
I don’t know how many times
You… I don’t know what to say
You’ve made me so desperately in love
And now you let me down
You said you’d never lie again
You said this time would be so right
But then I found you were lying there by her side
Reff: You.. You turn my whole life so blue
Drowning me so deep, I just can reach myself again
You.. Successfully tore myheart
Now it’s only pieces
Nothing left but pieces of you
You frustated me with this love
I’ve been trying to understand
You know i’m trying i’m trying
You.. I don’t know what to say
You’ve made me so desperately in love
And now you let me down
Repeat reff
Cerpen Teenlit
Cinta Terakhir Keysa
oleh: Elva N.S
Satu persatu bulir air hujan jatuh membasuh bumi. Semakin lama air itu semakin deras, membuat semua orang berlari untuk berlindung darinya. Namun Nugie tak beranjak dari tempatnya, membiarkan baju hitamnya basah kuyup terkena air hujan. Di depan sebuah pusara air mata Nugie tumpah tak terbendung, seakan tak mau kalah dengan derasnya hujan. Dia tak bisa memaafkan dirinya atas kematian sahabatnya, sahabat yang dicintainya.
***
“Yupz! sudah diputuskan” kata Keysa dengan tekad bulat dan pancaran mata penuh semangat.
“Malam ini ‘Keysa Puspitasari’ menyatakan bahwa besok akan menyatakan cinta kepada ‘Nugie Pratama’. Kalau kata Vierra sih aku tak mau menunggu terlalu lama. hehe.. Tapi bagaimana seumpama aku ditolak?” kening Keysa pun berkerut.
Nugie merupakan teman sekelas Keysa. Dengan perawakan jangkung, putih bersih, cuwek (baca: cool), dan jago basket sudah cukup mampu menarik perhatian para gadis. Keysa sangat bangga dengan dirinya sendiri. Pasalnya dia adalah anak perempuan satu-satunya yang bisa dekat dengan Nugie, sang pangeran berkuda putih di sekolahan. Hal ini tidak lain karena Keysa teman sekelas dan sebangku Nugie. Lama kelamaan hubungan pertemanan itu berubah menjadi persahabatan. Dimana ada Nugie pasti disitu ada Keysa.
Namun hanya satu yang dibingungkan Keysa tentang Nugie “Kok sejak pertama sahabatan, Nugie belum pernah punya pacar? Atau jangan-jangan dia gay lagi. Idiih.. amit-amit! Jadi ini alasannya kenapa selama ini dia selalu nolak wanita yang nembak dia? Masak iya sih. Gak mungkin,. gak mungkin.” Pikiran Keysa menjadi nglantur setiap kali nama Nugie masuk ke dalam otaknya. Diapun berusaha keras menghilangkan pikiran-pikiran paranoia itu dan menenangkan diri dengan berpikir bahwa mungkin Nugie belum menemukan wanita yang diidamkannya. Sebelum pikiran itu menjadi-jadi, dia segera menutup buku hariannya dan bergegas tidur.
Dengan semangat tinggi Keysa memasuki gerbang sekolah. Tanpa ia sadarai ada sebuah mobil mewah memasuki kawasan sekolah. Mobil itu berhenti dan muncullah sosok yang diidamkan Keysa. Keysa ragu-ragu untuk menyapanya. Nugie yang ia kenal selalu naik sepeda ke sekolah. “Apakah benar itu Nugie?” ia terus bertanya-tanya. Dia belakang Nugie keluarlah seorang wanita cantik dengan kaki jenjang, rambut panjang, pokoknya idaman para laki-laki deh. Keysa bahkan tak yakin pernah menjumpai wanita itu di sekolahnya. Setelah mengantarkan Nugie, wanita itu kembali ke dalam mobil dan segera pergi.
“Kurasa wanita itu bukan berasal dari sekolah kita”,kata salah seorang wanita di samping Keysa yang juga mengamati wanita yang baru mengantarkan Nugie. “Seragamnya saja berbeda dengan kita”, tambahnya. “Wah.. gak ada kesempatan dong buat aku”, kata temannya dengan mimik muka sedih.
“Aku juga”, batin Keysa dalam hati.
Selama perjalanan menuju kelas, Keysa tampak bingung dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tiba-tiba dari belakang ada seorang yang merangkulnya. “Hei cantik?” sapa Doni, “Kenapa wajahmu kusut sekali? memikirkan aku ya? tambahnya cengengesan. Tetapi Keysa tak memberikan respon sedikitpun dan semakin mempercepat langkahnya.
“Hei, kenapa sih?” kata Doni berusaha mengimbangi langkah kaki Keysa. Mungkin Doni mengetahui siapa wanita itu, dia kan sahabat Nugie sejak kecil. Pasti Nugie sering cerita tentang wanita yang disukainya kepada Doni. Seketika itu Keysa menghentikan langkahnya yang membuat Doni ikut berhenti mendadak.
Baru Keysa ingin bertanya, namun bel sekolah mendahuluinya. “Enggak jadi, kapan-kapan aja deh aku tanya lagi,” katanya sambil melempar senyum kepada Doni. Senyuman inilah yang membuat Doni menjatuhkan pilihan hatinya kepada Keysa. Namun Keysa seolah tak peduli dengan sikap dan semua perhatian yang dia berikan. Di depan kelas mereka berpisah, Doni berbeda kelas dengan Keysa.
Keysa masih bisa melihat Doni dan Nugie berhigh five di depan kelas. Melihat wajah Nugie membuat Keysa ingat akan kejadian barusan. Rencana yang sudah dia persiapkan jauh-jauh hari terancam gagal total. Jika benar cewek itu pacar Nugie, berarti sudah tidak ada tempat di hati Nugie untuknya. Hal itu berarti Keysa harus mengubur hidup-hidup perasaan yang selama ini dia pendam. Tapi apakah setelah itu mereka masih bisa berjalan sebagai sahabat seperti semula? Bukankah akan terasa menyakitkan jika terus di dekatnya. Keysa semakin bingung dengan pikiran-pikiran paranoid yang antre di kepalanya.
“Hai Cicak?” Ledek Nugie, namun Keysa malah melengos pergi.
Nugie sadar ada yang berubah dengan Keysa. Nugie menebak-nebak apa yang terjadi dengan sahabatnya satu ini hingga membuatnya menjadi aneh. “Apa bau badanku gak enak?” batin Nugie tak yakin. Segera dia menciumi bajunya,“Wangi kok, Trus apa?” Seketika itu raut wajah Nugie cerah. Dia telah mengetahui apa penyebab perubahan sikap Keysa. “ Ini pasti masalah yang sangat penting, sangat sensitif, sangat temperamen, dan bila salah sedikit bawaannya mesti marah-marah, kalau gak gitu jutek. Aku tahu masalah ini, dia pasti lagi jeng..jeng..‘SAKIT GIGI’. Haha..” Nugie cekikikan sendiri dengan pikiran konyolnya. Sementara di sampingnya Keysa hanya duduk diam, menyimpan seribu tanya.
Nugie yang sedari tadi mengamati Keysa merasakan perubahan yang amat sangat dan justru hal ini sangat mengganggu Nugie. Pasalnya setiap hari mereka bercanda, tertawa bersama, dan saling mengejek satu sama lain. Satu-satunya yang membuat Nugie betah di kelas adalah Keysa. Tetapi hari ini, menolehpun tidak Keysa lakukan. Setiap pertanyaan yang Nugie sampaikan tidak pernah dijawabnya, atau hanya dijawab Keysa dengan singkat.
“Sekaranglah waktunya,” batin Keysa setelah bel akhir tanda pelajaran telah usai berbunyi. Kali ini Keysa berniat menanyakan semua hal yang mengganjal pikirannya kepada Nugie. Dia menunggu waktu agak lama sampai semua teman sekelasnya meninggalkan kelas. Namun tak disangka Nugie malah memelototinya, dan tak lama setelah itu dia memeberondongi Keysa dengan banyak pertanyaan.
“Cak lo napa sih? Marah ya sama gue? Kalau lo marah sama gue bilang dong, jangan diam saja. Kalau lo diam, mana gue tahu?” tanya Nugie dengan nada agak jengkel.
Butuh waktu agak lama bagi Keysa untuk mencerna pertanyaan yang dilontarkan Nugie barusan. “ Kau ingat bagaimana pertama kali kita bertemu?” kata Keysa. ”Kita berada dalam daftar siswa baru yang mendapatkan hukuman. Kau duduk di sebelahku dengan memakai seragam SMP dan topi kantong plastik. Itu merupakan suatu kenangan yang lucu, hingga akhirnya kita menjadi sahabat sampai saat ini,” tambahnya. Sedangkan Nugie berusaha mencerna apa maksud perkataan Keysa barusan.
“Tapi aku salah, sangat salah. Maafkan aku karena aku tidak bisa menjaga persahabatan ini dengan baik,” lanjut Keysa yang membuat Nugie kebingungan. “Aku memiliki perasaan yang lebih dari sekedar sahabat. Aku tahu ini tidak salah, tetapi diriku sendiri tidak bisa menghindarinya. Apa yang harus aku lakukan?” tanya Keysa kepada Nugie.
Nugie hanya diam, dia tidak tahu harus memberikan respon apa kepada Keysa. Batinnya tidak percaya apa yang barusan Keysa ucapkan, pernyataan cintakah? Haruskah dia senang karena ternyata Keysa memiliki perasaan yang sama dengannya. Namun saat ini ada Nadine di sisinya.
Doni yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan Keysa dengan Nugie dari balik pintu menyadari bahwa satu-satunya laki-laki yang ada di hati Keysa adalah Nugie. Seberapa keraspun dia berusaha untuk mendapatkan cinta Keysa, namun semua itu hanya sia-sia. Dia pun beranjak pergi dari tempat itu.
“Astaga..!” kata Keysa kaget. “Kau berpacaran dengan gadis yang tadi pagi?” tambahnya. “Maksudku.. pin yang ada di tasmu. Apakah itu inisial nama kalian berdua, NN?”
“Hah?” kata Nugie linglung, berharap Keysa tak pernah menanyakan hal itu. “Oh ini.. Memang benar ini adalah inisial namaku dengan Nadine. Kami jadian kemarin” kata Nugie menunduk, dia terpaksa harus mengatakan ini. Cepat atau lambat Keysa pasti akan mengetahuinya walaupun berusaha dia tutupi.
“Maaf Sa, bukan maksudku untuk menyakitimu. Tapi memang sebaiknya kita bersahabat saja. Kamu adalah orang yang special bagiku dan aku tak bisa melukai hatimu Sa. Aku tahu jika bersamaku, kau akan banyak terluka” kata Nugie dengan suara yang hampir pecah, suaranya seperti tertahan di kerongkongan.
Mendengar kenyataan ini membuat Keysa tak kuasa menahan bulir-bulir halus keluar dari matanya. Mungkin dia akan terima jika Nugie menolaknya sebelum dia memiliki Nadine. Tapi penolakan ini seolah cintanya telah direbut oleh gadis lain dan itu amat perih.
Nugie menoleh kepada Keysa dan kaget melihat Keysa menangis. “Kau tak apa-apa?” tanya Nugie berusaha menghapus air mata di pipi Keysa. Namun Keysa menepisnya dan menghapus air matanya sendiri. “Kau kira aku selemah itu? Aku tak apa-apa” kata Keysa berusaha tegar. Air matanya semakin tak terbendung walaupun berkali-kali dihapusnya. “Aku…aku tak apa-apa” katanya sembari berlari keluar kelas meninggalkan Nugie.
Keysa berlari dan terus berlari. Air matanya semakin banyak keluar. Dia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan, malu kalau ada murid lain yang melihat dia sedang menangis. Keysa berlari semakin cepat tak memedulikan teriakan Nugie yang memanggilnya. Dia tak sadar bahwa dirinya telah berlari melewati gerbang sekolah. Tanpa dia sadari dari arah kanan ada sebuah metromini yang melaju dengan kencang. Dan akhirnya..
“Ciiiiiiiit……..Bruk!!!!!”
Keysa masih bisa melihat Nugie berlari menghampirinya. Dia juga mendengar Nugie memanggil-manggil namanya. Namun sedikit demi sedikit pandangannya buram, dia juga tidak bisa mendengar suara Nugie lagi. Dan semuanya menjadi gelap.
Di pojok kamar itu ada seorang anak laki-laki yang tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri, sesekali dia memukul kepalanya dengan kedua tangannya tanda dia sangat frustasi. Dari matanya terus keluar bulir-bulir air yang semakin lama semakin deras. Sorot matanya terus mengikuti lembar demi lembar buku harian yang ada di genggamannya. Tak lain orang itu adalah Nugie.
Buku harian itu milik Keysa. Kata demi kata di dalamnya mengisyaratkan betapa besar cintanya kepada Nugie. Dia menuliskan semuanya dari awal, saat mereka pertama kali bertemu, doa-doa Keysa setiap malam yang ditujukan untuk Nugie, dan terakhir yaitu kebulatan tekad Keysa untuk menyatakan perasaannya kepada Nugie.
Membaca itu semua hati Nugie semakin sakit dan dipenuhi penyesalan. Jika saja dia menuruti kata hatinya dan menerima cinta Keysa, pasti semua ini tak akan terjadi. Dia pikir persahabatannya dengan Doni adalah segalanya. Beberapa minggu yang lalu Doni mengatakan bahwa dirinya menyukai Keysa dan minta tolong Nugie untuk membantunya. Sebagai sahabat dia tidak mungkin menolak permintaan sahabatnya sendiri. Untuk itu dia terpaksa menutup hatinya untuk Keysa dan menerima wanita lain sebagai kekasihnya.
Kini yang tertinggal hanyalah penyesalan yang sangat dalam di hati Nugie. Seberapa besarpun usaha Nugie untuk tegar, namun kenangan akan Keysa akan terus melekat sampai akhir hayatnya. Dia akan tetap hidup bersama cinta Keysa selamanya walaupun kini Keysa telah tiada.
“Malam ini ‘Keysa Puspitasari’ menyatakan bahwa besok akan menyatakan cinta kepada ‘Nugie Pratama’. Kalau kata Vierra sih aku tak mau menunggu terlalu lama. hehe.. Tapi bagaimana seumpama aku ditolak?” kening Keysa pun berkerut.
Nugie merupakan teman sekelas Keysa. Dengan perawakan jangkung, putih bersih, cuwek (baca: cool), dan jago basket sudah cukup mampu menarik perhatian para gadis. Keysa sangat bangga dengan dirinya sendiri. Pasalnya dia adalah anak perempuan satu-satunya yang bisa dekat dengan Nugie, sang pangeran berkuda putih di sekolahan. Hal ini tidak lain karena Keysa teman sekelas dan sebangku Nugie. Lama kelamaan hubungan pertemanan itu berubah menjadi persahabatan. Dimana ada Nugie pasti disitu ada Keysa.
Namun hanya satu yang dibingungkan Keysa tentang Nugie “Kok sejak pertama sahabatan, Nugie belum pernah punya pacar? Atau jangan-jangan dia gay lagi. Idiih.. amit-amit! Jadi ini alasannya kenapa selama ini dia selalu nolak wanita yang nembak dia? Masak iya sih. Gak mungkin,. gak mungkin.” Pikiran Keysa menjadi nglantur setiap kali nama Nugie masuk ke dalam otaknya. Diapun berusaha keras menghilangkan pikiran-pikiran paranoia itu dan menenangkan diri dengan berpikir bahwa mungkin Nugie belum menemukan wanita yang diidamkannya. Sebelum pikiran itu menjadi-jadi, dia segera menutup buku hariannya dan bergegas tidur.
Dengan semangat tinggi Keysa memasuki gerbang sekolah. Tanpa ia sadarai ada sebuah mobil mewah memasuki kawasan sekolah. Mobil itu berhenti dan muncullah sosok yang diidamkan Keysa. Keysa ragu-ragu untuk menyapanya. Nugie yang ia kenal selalu naik sepeda ke sekolah. “Apakah benar itu Nugie?” ia terus bertanya-tanya. Dia belakang Nugie keluarlah seorang wanita cantik dengan kaki jenjang, rambut panjang, pokoknya idaman para laki-laki deh. Keysa bahkan tak yakin pernah menjumpai wanita itu di sekolahnya. Setelah mengantarkan Nugie, wanita itu kembali ke dalam mobil dan segera pergi.
“Kurasa wanita itu bukan berasal dari sekolah kita”,kata salah seorang wanita di samping Keysa yang juga mengamati wanita yang baru mengantarkan Nugie. “Seragamnya saja berbeda dengan kita”, tambahnya. “Wah.. gak ada kesempatan dong buat aku”, kata temannya dengan mimik muka sedih.
“Aku juga”, batin Keysa dalam hati.
Selama perjalanan menuju kelas, Keysa tampak bingung dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tiba-tiba dari belakang ada seorang yang merangkulnya. “Hei cantik?” sapa Doni, “Kenapa wajahmu kusut sekali? memikirkan aku ya? tambahnya cengengesan. Tetapi Keysa tak memberikan respon sedikitpun dan semakin mempercepat langkahnya.
“Hei, kenapa sih?” kata Doni berusaha mengimbangi langkah kaki Keysa. Mungkin Doni mengetahui siapa wanita itu, dia kan sahabat Nugie sejak kecil. Pasti Nugie sering cerita tentang wanita yang disukainya kepada Doni. Seketika itu Keysa menghentikan langkahnya yang membuat Doni ikut berhenti mendadak.
Baru Keysa ingin bertanya, namun bel sekolah mendahuluinya. “Enggak jadi, kapan-kapan aja deh aku tanya lagi,” katanya sambil melempar senyum kepada Doni. Senyuman inilah yang membuat Doni menjatuhkan pilihan hatinya kepada Keysa. Namun Keysa seolah tak peduli dengan sikap dan semua perhatian yang dia berikan. Di depan kelas mereka berpisah, Doni berbeda kelas dengan Keysa.
Keysa masih bisa melihat Doni dan Nugie berhigh five di depan kelas. Melihat wajah Nugie membuat Keysa ingat akan kejadian barusan. Rencana yang sudah dia persiapkan jauh-jauh hari terancam gagal total. Jika benar cewek itu pacar Nugie, berarti sudah tidak ada tempat di hati Nugie untuknya. Hal itu berarti Keysa harus mengubur hidup-hidup perasaan yang selama ini dia pendam. Tapi apakah setelah itu mereka masih bisa berjalan sebagai sahabat seperti semula? Bukankah akan terasa menyakitkan jika terus di dekatnya. Keysa semakin bingung dengan pikiran-pikiran paranoid yang antre di kepalanya.
“Hai Cicak?” Ledek Nugie, namun Keysa malah melengos pergi.
Nugie sadar ada yang berubah dengan Keysa. Nugie menebak-nebak apa yang terjadi dengan sahabatnya satu ini hingga membuatnya menjadi aneh. “Apa bau badanku gak enak?” batin Nugie tak yakin. Segera dia menciumi bajunya,“Wangi kok, Trus apa?” Seketika itu raut wajah Nugie cerah. Dia telah mengetahui apa penyebab perubahan sikap Keysa. “ Ini pasti masalah yang sangat penting, sangat sensitif, sangat temperamen, dan bila salah sedikit bawaannya mesti marah-marah, kalau gak gitu jutek. Aku tahu masalah ini, dia pasti lagi jeng..jeng..‘SAKIT GIGI’. Haha..” Nugie cekikikan sendiri dengan pikiran konyolnya. Sementara di sampingnya Keysa hanya duduk diam, menyimpan seribu tanya.
Nugie yang sedari tadi mengamati Keysa merasakan perubahan yang amat sangat dan justru hal ini sangat mengganggu Nugie. Pasalnya setiap hari mereka bercanda, tertawa bersama, dan saling mengejek satu sama lain. Satu-satunya yang membuat Nugie betah di kelas adalah Keysa. Tetapi hari ini, menolehpun tidak Keysa lakukan. Setiap pertanyaan yang Nugie sampaikan tidak pernah dijawabnya, atau hanya dijawab Keysa dengan singkat.
“Sekaranglah waktunya,” batin Keysa setelah bel akhir tanda pelajaran telah usai berbunyi. Kali ini Keysa berniat menanyakan semua hal yang mengganjal pikirannya kepada Nugie. Dia menunggu waktu agak lama sampai semua teman sekelasnya meninggalkan kelas. Namun tak disangka Nugie malah memelototinya, dan tak lama setelah itu dia memeberondongi Keysa dengan banyak pertanyaan.
“Cak lo napa sih? Marah ya sama gue? Kalau lo marah sama gue bilang dong, jangan diam saja. Kalau lo diam, mana gue tahu?” tanya Nugie dengan nada agak jengkel.
Butuh waktu agak lama bagi Keysa untuk mencerna pertanyaan yang dilontarkan Nugie barusan. “ Kau ingat bagaimana pertama kali kita bertemu?” kata Keysa. ”Kita berada dalam daftar siswa baru yang mendapatkan hukuman. Kau duduk di sebelahku dengan memakai seragam SMP dan topi kantong plastik. Itu merupakan suatu kenangan yang lucu, hingga akhirnya kita menjadi sahabat sampai saat ini,” tambahnya. Sedangkan Nugie berusaha mencerna apa maksud perkataan Keysa barusan.
“Tapi aku salah, sangat salah. Maafkan aku karena aku tidak bisa menjaga persahabatan ini dengan baik,” lanjut Keysa yang membuat Nugie kebingungan. “Aku memiliki perasaan yang lebih dari sekedar sahabat. Aku tahu ini tidak salah, tetapi diriku sendiri tidak bisa menghindarinya. Apa yang harus aku lakukan?” tanya Keysa kepada Nugie.
Nugie hanya diam, dia tidak tahu harus memberikan respon apa kepada Keysa. Batinnya tidak percaya apa yang barusan Keysa ucapkan, pernyataan cintakah? Haruskah dia senang karena ternyata Keysa memiliki perasaan yang sama dengannya. Namun saat ini ada Nadine di sisinya.
Doni yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan Keysa dengan Nugie dari balik pintu menyadari bahwa satu-satunya laki-laki yang ada di hati Keysa adalah Nugie. Seberapa keraspun dia berusaha untuk mendapatkan cinta Keysa, namun semua itu hanya sia-sia. Dia pun beranjak pergi dari tempat itu.
“Astaga..!” kata Keysa kaget. “Kau berpacaran dengan gadis yang tadi pagi?” tambahnya. “Maksudku.. pin yang ada di tasmu. Apakah itu inisial nama kalian berdua, NN?”
“Hah?” kata Nugie linglung, berharap Keysa tak pernah menanyakan hal itu. “Oh ini.. Memang benar ini adalah inisial namaku dengan Nadine. Kami jadian kemarin” kata Nugie menunduk, dia terpaksa harus mengatakan ini. Cepat atau lambat Keysa pasti akan mengetahuinya walaupun berusaha dia tutupi.
“Maaf Sa, bukan maksudku untuk menyakitimu. Tapi memang sebaiknya kita bersahabat saja. Kamu adalah orang yang special bagiku dan aku tak bisa melukai hatimu Sa. Aku tahu jika bersamaku, kau akan banyak terluka” kata Nugie dengan suara yang hampir pecah, suaranya seperti tertahan di kerongkongan.
Mendengar kenyataan ini membuat Keysa tak kuasa menahan bulir-bulir halus keluar dari matanya. Mungkin dia akan terima jika Nugie menolaknya sebelum dia memiliki Nadine. Tapi penolakan ini seolah cintanya telah direbut oleh gadis lain dan itu amat perih.
Nugie menoleh kepada Keysa dan kaget melihat Keysa menangis. “Kau tak apa-apa?” tanya Nugie berusaha menghapus air mata di pipi Keysa. Namun Keysa menepisnya dan menghapus air matanya sendiri. “Kau kira aku selemah itu? Aku tak apa-apa” kata Keysa berusaha tegar. Air matanya semakin tak terbendung walaupun berkali-kali dihapusnya. “Aku…aku tak apa-apa” katanya sembari berlari keluar kelas meninggalkan Nugie.
Keysa berlari dan terus berlari. Air matanya semakin banyak keluar. Dia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan, malu kalau ada murid lain yang melihat dia sedang menangis. Keysa berlari semakin cepat tak memedulikan teriakan Nugie yang memanggilnya. Dia tak sadar bahwa dirinya telah berlari melewati gerbang sekolah. Tanpa dia sadari dari arah kanan ada sebuah metromini yang melaju dengan kencang. Dan akhirnya..
“Ciiiiiiiit……..Bruk!!!!!”
Keysa masih bisa melihat Nugie berlari menghampirinya. Dia juga mendengar Nugie memanggil-manggil namanya. Namun sedikit demi sedikit pandangannya buram, dia juga tidak bisa mendengar suara Nugie lagi. Dan semuanya menjadi gelap.
Di pojok kamar itu ada seorang anak laki-laki yang tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri, sesekali dia memukul kepalanya dengan kedua tangannya tanda dia sangat frustasi. Dari matanya terus keluar bulir-bulir air yang semakin lama semakin deras. Sorot matanya terus mengikuti lembar demi lembar buku harian yang ada di genggamannya. Tak lain orang itu adalah Nugie.
Buku harian itu milik Keysa. Kata demi kata di dalamnya mengisyaratkan betapa besar cintanya kepada Nugie. Dia menuliskan semuanya dari awal, saat mereka pertama kali bertemu, doa-doa Keysa setiap malam yang ditujukan untuk Nugie, dan terakhir yaitu kebulatan tekad Keysa untuk menyatakan perasaannya kepada Nugie.
Membaca itu semua hati Nugie semakin sakit dan dipenuhi penyesalan. Jika saja dia menuruti kata hatinya dan menerima cinta Keysa, pasti semua ini tak akan terjadi. Dia pikir persahabatannya dengan Doni adalah segalanya. Beberapa minggu yang lalu Doni mengatakan bahwa dirinya menyukai Keysa dan minta tolong Nugie untuk membantunya. Sebagai sahabat dia tidak mungkin menolak permintaan sahabatnya sendiri. Untuk itu dia terpaksa menutup hatinya untuk Keysa dan menerima wanita lain sebagai kekasihnya.
Kini yang tertinggal hanyalah penyesalan yang sangat dalam di hati Nugie. Seberapa besarpun usaha Nugie untuk tegar, namun kenangan akan Keysa akan terus melekat sampai akhir hayatnya. Dia akan tetap hidup bersama cinta Keysa selamanya walaupun kini Keysa telah tiada.
THE END
CERPEN LUCU - NAIK LIFT
Icha adalah salah satu karyawan hotel
berbintang lima di Surabaya. Suatu hari dia mendapat telepon dari Fitri,
teman masa kecilnya dan merekapun terlarut dalam obrolan hangat.
Setelah beberapa lama mengobrol, mereka mempunyai ide untuk bertatap
muka secara langsung guna melepas kerinduan diantara mereka. Karena Icha
sangat sibuk dengan pekerjaanya dan tak bis meninggalkannya sedetikpun,
mereka memutuskan untuk bertemu di tempat Icha bekerja yaitu di hotel
Saturnus lantai 10 blok 01.
Singkat cerita, Fitri menuju hotel Saturnus. Sesampainya di lantai satu, Fitri kembali menelepon Icha.
Fitri : Hallo... Cha... sekarang aku sudah berada di lantai satu, tolong jemput aku yach!
Icha : Kamu langsung naik aja ke lantai sepuluh, liftnya disebelah resepsionis.
Fitri : Aku gak berani naik
sendirian, aku kan orang asing di hotel ini, entar aku dikira orang
jahat lagi!. Jemput aku dong, please...
Icha : Ya... okelah!. Tunggu bentar, jangan kemana-mana!.
Setelah beberapa saat menunggu, batang hidung Icha muncul juga dan Icha mengajak temannya itu untuk naik ke lantai sepuluh.
Icha : Aku heran sama kamu sekarang!.
Fitri : Emang kenapa dengan aku Cha?.
Icha : Dulu, waktu di sekolah,
kamu kan cewek paling pemberani diantara yang lain, sampai-sampai kamu
dijuluki cewek superman. Kok sekarang mau nemui aku aja minta dijemput
segala!.
Fitri : (sambil berbisik dan sedikit menahan tawa), Jujur aja Cha..., sebenarnya aku itu gak tau cara menggunakan lift...!.
Icha : Hah....!!!???
Naif - Ari dan Api
Apa mauku apa maumu
Selalu saja menjadi
Satu masalah yang tak kunjung henti
Bukan maksudku bukan maksudmu
Untuk selalu
Meributkan hal yang itu-itu saja
Reff: mengapa kita saling membenci
awalnya kita selalu memberi
apakah mungkin hati yg murni
sudah cukup berarti
ataukah kita belum mencoba
memberi waktu pada logika
jangan seperti selama ini
hidup bagaikan air dan api
Raisa - Could it be
Kau datang dan jantungku berdegup kencang
Kau buatku terbang melayang
Tiada ku sangka getaran ini ada
Saat jumpa yang pertama
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
Mataku tak dapat terlepas darimu
Perhatikan setiap tingkahmu
Tertawa pada setiap candamu
Saat jumpa yang pertama
Could it be love, could it be love
Could it be, could it be, could it be love
Could it be love, could it be love
Could this be something that i never had
Could it be love
Mataku tak dapat terlepas darimu
Perhatikan setiap tingkahmu
Tertawa pada setiap candamu
Saat jumpa yang pertama
Could it be love, could it be love
Could it be, could it be, could it be love
Could it be love, could it be love
Could this be something that i never had
Could it be love, could it be love
Could it be, could it be, could it be love
Could it be love, could it be love
Could this be something that i never had
Oh mungkinkah ini cinta
Could it be love, could it be love
Could it be, could it be, could it be love
Could it be love, could it be love
Could this be something that i never had
Could it be love, could it be love
Could it be, could it be, could it be love
Could it be love, could it be love
Could this be something that i never had
Langganan:
Postingan (Atom)